Makalah Pertempuran Ambarawa
MAKALAH
SEJARAH
MENGENAI PERTEMPURAN AMBARAWA
21
NOVEMBER – 15 DESEMBER 2015
![]() |
Disusun Oleh :
Kelompok : 4
Ketua : - Siti Khotimah
Anggota : - Ahmad Hidayat
-
Diki
Wahyudi
-
Ilham
-
Nada
Kelas : IX. F
SMP NEGERI
1 PANGKALAN
KARAWANG
2015/201
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT,karena atas limpahan taufik dan
hidayahnyalah hingga kelompok 2 bisa menyelesaikan makalah ini.Dalam makalah
tersebut di bahas mengenai pertempuran ambarawa yang dilakukan untuk
mempertahankan kemerdekaan di daerah.kami mengucapkan banyak terimah kasih atas
semua pihak yang telah membantu hingga makalah ini bisa terselesaikan
sedemikian rupa.Terutama kepada guru mata pelajaran (anwar,s.pd) yang
telah memberikan tugas ini.
Kami hanyalah manusia biasa yang tak luput dari
kesalahan dan kekhilafan,oleh sebab itu jika ada kesalahan-kesalahan dari
makalah yang kami buat ini, tentu itu datangnya dari diri kami
masing-masing.Sebab kesempurnaan itu hanyalah milik ALLAH semata.Semoga makalah
ini dapat menambah pengetahuan atau pun wawasan bagi para pembaca mengenai
salah satu tindakan yang di lakukan rakyat indonesia,untuk mempertahankan
kemerdekaan bangsa indonesia.
Kami selaku anggota dari
kelompok Empat terbuka menerima kritik dan saran yang membangun.Sebab
penilaian seseorang terhadap suatu hal bisa saja berbeda,hingga menimbulkan pro
dan kontra.
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
BAB II PEMBAHASAN.
BAB III
PENUTUP
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Setelah
berhasil mengalahkan Jepang, Komando Sekutu Asia Tenggara di Singapura mengutus
tujuh perwira Inggris di bawah pimpinan Mayor A.G. Greenhalgh untuk datang ke
Indonesia. Mereka tiba di Indonesia pada 8 September 1945 dengan tugas
mempelajari dan melaporkan keadaan di Indonesia menjelang pendaratan rombongan
Sekutu.
Pada 16
September 1945 rombongan perwakilan Sekutu mendarat di Tanjung Priok (Jakarta)
dengan menggunakan kapal Cumberland. Rombongan ini dipimpin Laksamana Muda W.R.
Patterson. Dalam rombongan ini ikut pula C.H.O. Van der Plas yang mewakili Dr.
H.J. van Mook, kepala NICA. Sekutu menugaskan sebuah komando khusus untuk
mengurus Indonesia dengan nama Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI).
Komando khusus yang dipimpin Letjen. Sir Philip Christison ini mempunyai tugas
sebagai berikut:
1. Menerima penyerahan kekuasaan dari tangan
Indonesia.
2. Membebaskan para tawanan perang dan
interniran Sekutu.
3. Melucuti dan memulangkan tentara Jepang.
4. Memulihkan keamanan dan ketertiban.
5. Mencari dan mengadili para penjahat perang.
AFNEI
mulai mendaratkan pasukannya di Jakarta pada 29 September 1945. pasukan ini
hanya bertugas di Sumatra da Jawa, sedangkan daerah Indonesia lainnya
diserahkan kepada Angkatan Perang Australia.
Kedatangan
pasukan Sekutu ke Indonesia semula mendapat sambutan baik. Akan tetapi, setelah
diketahui mereka datang disertai orang-orang NICA, sikap bangsa Indonesia
berubah menjadi penuh kecurigaan dan bahkan akhirnya bermusuhan. Bangsa
Indonesia mengetahui bahwa NICA berniat menegakkan kembali kekuasaannya.
Situasi berubah memburuk manakala NICA mempersenjatai kembali bekas anggota
Koninklijk Nederlands Indies Leger (KNIL). Satuan-satuan KNIL yang telah
dibebaskan Jepang kemudian bergabung dengan tentara NICA. Di berbagai daerah,
NICA dan KNIL yang didukung Inggris (Sekutu) melancarkan provokasi dan
melakukan teror terhadap para pemimpin nasional sehingga pecahlah berbagai
pertempuran di daerah-daerah, salah satunya Ambarawa.
BAB II
PEMBAHASAN
Perjuangan heroik rakyat Indonesia dalam mempertahankan dan memperjuangkan
Kemerdekaannya sungguh tidak bisa diabaikan begitu saja, mereka bahu membahu
dengan segala golongan, mulai dari petani, pedagang, guru, hingga para pelajar
bersama dengan tentara tanpa mengenal rasa lelah, takut serta kelaparan
berjuang menghadapi desingan peluru serta berondongan persenjataan modern milik
para penjajah.
Sungguh
perjuangan yang sangat menguras tenaga dan airmata, mengorbankan segalanya baik
nyawa ataupun harta. Beribu bahkan berjuta nyawa rakyat Indonesia melayang demi
kemerdekaan bangsa ini, mereka rela menyerahkan nyawanya menjadi martir demi
anak cucunya nanti.
Seperti yang terjadi di Ambarawa, sebuah daerah yang terletak di sebelah selatan kota Semarang-Jawa Tengah, dimana rakyat beserta tentara Indonesia berjuang mempertahankan daerahnya dari cengkeraman tentara sekutu yang mencoba membebaskan para tahanan tentara Belanda ( NICA ).
Seperti yang terjadi di Ambarawa, sebuah daerah yang terletak di sebelah selatan kota Semarang-Jawa Tengah, dimana rakyat beserta tentara Indonesia berjuang mempertahankan daerahnya dari cengkeraman tentara sekutu yang mencoba membebaskan para tahanan tentara Belanda ( NICA ).
Pada tanggal 20 Oktober 1945, tentara Sekutu di bawah pimpinan Brigadir Bethell
mendarat di Semarang dengan maksud mengurus tawanan perang dan tentara Jepang
yang berada di Jawa Tengah. Kedatangan sekutu ini diboncengi oleh NICA.
Kedatangan Sekutu ini mulanya disambut baik, bahkan Gubernur Jawa Tegah Mr.
Wongsonegoro menyepakati akan menyediakan bahan makanan dan keperluan lain bagi
kelancaran tugas Sekutu, sedang Sekutu berjanji tidak akan mengganggu
kedaulatan Republik Indonesia.
Namun, ketika pasukan Sekutu dan NICA telah sampai di Ambarawa dan Magelang
untuk membebaskan para tawanan tentara Belanda, justru mempersenjatai mereka
sehingga menimbulkan amarah pihak Indonesia. Insiden bersenjata timbul di kota
Magelang, hingga terjadi pertempuran. Di Magelang, tentara Sekutu bertindak
sebagai penguasa yang mencoba melucuti Tentara Keamanan Rakyat ( TKR ) dan
membuat kekacauan. TKR Resimen Magelang pimpinan M. Sarbini membalas tindakan
tersebut dengan mengepung tentara Sekutu dari segala penjuru. Namun
mereka selamat dari kehancuran berkat campur tangan Presiden Soekarno yang
berhasil menenangkan suasana. Kemudian pasukan Sekutu secara diam-diam
meninggalkan Kota Magelang menuju ke benteng Ambarawa. Akibat peristiwa
tersebut, Resimen Kedu Tengah di bawah pimpinan Letnan Kolonel M. Sarbini
segera mengadakan pengejaran terhadap mereka. Gerakan mundur tentara Sekutu
tertahan di Desa Jambu karena dihadang oleh pasukan Angkatan Muda di bawah
pimpinan Oni Sastrodihardjo yang diperkuat oleh pasukan gabungan dari Ambarawa,
Suruh dan Surakarta.
Sekutu kembali dihadang oleh Batalyon I Suryosumpeno di Ngipik. Pada saat
pengunduran, tentara Sekutu mencoba menduduki dua desa di sekitar Ambarawa.
Pasukan Indonesia di bawah pimpinan Letnan Kolonel Isdiman berusaha membebaskan
kedua desa tersebut, Letnan Kolonel Isdiman gugur. Sejak gugurnya Letkol
Isdiman, Komandan Divisi V Banyumas, Soedirman merasa kehilangan perwira
terbaiknya dan ia langsung turun ke lapangan untuk memimpin pertempuran.
Kehadiran Kolonel Sudirman memberikan nafas baru kepada pasukan-pasukan RI.
Koordinasi diadakan diantara komando-komando sektor dan pengepungan terhadap
musuh semakin ketat. Siasat yang diterapkan adalah serangan pendadakan serentak
di semua sektor. Bala bantuan terus mengalir dari Yogyakarta, Solo, Salatiga,
Purwokerto, Magelang, Semarang, dan lain-lain.
Tanggal
23 Nopember 1945 ketika matahari mulai terbit, mulailah tembak-menembak dengan
pasukan Sekutu yang bertahan di kompleks gereja dan pekuburan Belanda di Jalan
Margo Agung. Pasukan Indonesia antara lain dari Yon Imam Adrongi, Yon Soeharto
dan Yon Sugeng. Tentara Sekutu mengerahkan tawanan-tawanan Jepang dengan
diperkuat tanknya, menyusup ke kedudukan Indonesia dari arah belakang, karena
itu pasukan Indonesia pindah ke Bedono.
Pada
tanggal 11 Desember 1945, Kolonel Soedirman mengadakan rapat dengan para
Komandan Sektor TKR dan Laskar. Pada tanggal 12 Desember 1945 jam 04.30 pagi,
serangan mulai dilancarkan. Pertempuran berkobar di Ambarawa. Satu setengah jam
kemudian, jalan raya Semarang-Ambarawa dikuasai oleh kesatuan-kesatuan TKR.
Pertempuran Ambarawa berlangsung sengit, Kolonel Soedirman langsung memimpin
pasukannya yang menggunakan taktik gelar supit urang, atau pengepungan rangkap
sehingga musuh benar-benar terkurung. Suplai dan komunikasi dengan pasukan
induknya terputus sama sekali. Setelah bertempur selama 4 hari, pada tanggal 15
Desember 1945 pertempuran berakhir dan Indonesia berhasil merebut Ambarawa dan
Sekutu dibuat mundur ke Semarang.
Kedahsyatan
Palagan Ambarawa juga tercermin dalam laporan pihak Inggris yang menulis: “The
battle of Ambarawa had been a fierce struggle between Indonesian troops and
Pemuda and, on the other hand, Indian soldiers, assisted by a Japanese
company….” Yang juga ditambahi dengan kalimat, “The British had bombed Ungaran
intensively to open the road and strafed Ambarawa from air repeatedly. Air raids
too had taken place upon Solo and Yogya, to destroy the local radio stations,
from where the fighting spirit was sustained…”
Kemenangan pertempuran ini kini diabadikan dengan didirikannya Monumen Palagan Ambarawa dan diperingatinya Hari Jadi TNI Angkatan Darat atau Hari Juang Kartika.
Kemenangan pertempuran ini kini diabadikan dengan didirikannya Monumen Palagan Ambarawa dan diperingatinya Hari Jadi TNI Angkatan Darat atau Hari Juang Kartika.
Dan
hingga kini, darah pejuang yang membasahi bumi Ambarawa adalah bukti dari
keteguhan serta pengorbanan untuk mempertahankan harga diri bangsa yang harus
tetap kita pertahankan sampai kapanpun.
Kronologi peristiwa ==
Pada
tanggal [[20 Oktober]] [[1945]], tentara Sekutu di bawah pimpinan Brigadir
Bethell mendarat di Semarang dengan maksud mengurus tawanan perang dan tentara
Jepang yang berada di Jawa Tengah. Kedatangan sekutu ini diboncengi oleh
[[NICA]]. Kedatangan Sekutu ini mulanya disambut baik, bahkan Gubernur Jawa
Tengah [[Wongsonegoro|Mr Wongsonegoro]] menyepakati akan menyediakan bahan
makanan dan keperluan lain bagi kelancaran tugas Sekutu, sedang Sekutu berjanji
tidak akan mengganggu kedaulatan Republik Indonesia.
Namun, ketika pasukan Sekutu dan NICA telah sampai di [[Ambarawa]] dan Magelang
untuk membebaskan para tawanan tentara Belanda, para tawanan tersebut malah
dipersenjatai sehingga menimbulkan kemarahan pihak Indonesia. Insiden
bersenjata timbul di kota [[Magelang]], hingga terjadi pertempuran. Di
Magelang, tentara Sekutu bertindak sebagai penguasa yang mencoba melucuti
[[Tentara Keamanan Rakyat]] dan membuat kekacauan. TKR Resimen Magelang
pimpinan Letkol. [[M. Sarbini]] membalas tindakan tersebut dengan mengepung
tentara Sekutu dari segala penjuru. Namun mereka selamat dari kehancuran berkat
campur tangan Presiden [[Soekarno]] yang berhasil menenangkan suasana. Kemudian
pasukan Sekutu secara diam-diam meninggalkan Kota Magelang menuju ke benteng
Ambarawa. Akibat peristiwa tersebut, Resimen Kedu Tengah di bawah pimpinan
Letkol. M. Sarbini segera mengadakan pengejaran terhadap mereka. Gerakan mundur
tentara Sekutu tertahan di Desa Jambu karena dihadang oleh pasukan Angkatan
Muda di bawah pimpinan [[Oni Sastrodihardjo]] yang diperkuat oleh pasukan
gabungan dari Ambarawa, Suruh dan Surakarta.
Tentara
Sekutu kembali dihadang oleh Batalyon I [[Soerjosoempeno]] di Ngipik. Pada saat
pengunduran, tentara Sekutu mencoba menduduki dua desa di sekitar Ambarawa.
Pasukan Indonesia di bawah pimpinan Letkol. [[Isdiman]] berusaha membebaskan
kedua desa tersebut, namun ia keburu gugur terlebih dahulu. Sejak gugurnya
Letkol. Isdiman, Komandan Divisi V Banyumas, Kol. [[Soedirman]] merasa
kehilangan seorang perwira terbaiknya dan ia langsung turun ke lapangan untuk
memimpin pertempuran. Kehadiran Kol. Soedirman memberikan napas baru kepada
pasukan-pasukan RI. Koordinasi diadakan di antara komando-komando sektor dan
pengepungan terhadap musuh semakin ketat. Siasat yang diterapkan adalah
serangan pendadakan serentak di semua sektor. Bala bantuan terus mengalir dari
[[Yogyakarta]], [[Solo]], Salatiga, [[Purwokerto]], Magelang, [[Semarang]], dan
lain-lain.
Tanggal
[[23 November]] [[1945]] ketika matahari mulai terbit, mulailah tembak-menembak
dengan pasukan Sekutu yang bertahan di kompleks gereja dan kerkhop Belanda di
Jl. Margo Agoeng. Pasukan Indonesia terdiri dari Yon. [[Imam Adrongi]], Yon.
[[Soeharto]] dan Yon. [[Soegeng]]. Tentara Sekutu mengerahkan tawanan-tawanan
Jepang dengan diperkuat tanknya, menyusup ke tempat kedudukan Indonesia dari
arah belakang, karena itu pasukan Indonesia pindah ke Bedono.
Pertempuran Ambarawa berlangsung empat hari,
dari 13-15 Desember 1945. Semangat juang pasukan TKR menjadi penentu kemenangan
dalam melawan musuh.Awal Pertempuran
Perjuangan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang dipimpin Jenderal Soedirman pada pertengahan Desember 1945, membuat tentara sekutu terjepit dan akhirnya mundur dari Ambarawa menuju Semarang. Walaupun dihadang dengan seluruh kekuatan persenjataan modern serta kemampuan taktik dan strategi sekutu, para pejuang RI tak pernah gentar sedikitpun. Mereka melancarkan serangan dengan gigih seraya melakukan pengepungan ketat di semua penjuru kota Ambarawa. Dengan gerakan pengepungan rangkap ini sekutu benar-benar terkurung dan kewalahan.
Jenderal Soedirman sebagai pemimpin pasukan menegaskan perlunya mengusir tentara sekutu dan Ambarawa secepat mungkin. Sebab sekutu akan menjadikan Ambarawa sebagai basis kekuatan untuk merebut Jawa Tengah. Dengan semboyan “Rawe-rawe rantas malang-malang putung, patah tumbuh hilang berganti”, pasukan TKR memiliki tekad bulat membebaskan Ambarawa atau dengan pilihan lain gugur di pangkuan ibu pertiwi.
Perjuangan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang dipimpin Jenderal Soedirman pada pertengahan Desember 1945, membuat tentara sekutu terjepit dan akhirnya mundur dari Ambarawa menuju Semarang. Walaupun dihadang dengan seluruh kekuatan persenjataan modern serta kemampuan taktik dan strategi sekutu, para pejuang RI tak pernah gentar sedikitpun. Mereka melancarkan serangan dengan gigih seraya melakukan pengepungan ketat di semua penjuru kota Ambarawa. Dengan gerakan pengepungan rangkap ini sekutu benar-benar terkurung dan kewalahan.
Jenderal Soedirman sebagai pemimpin pasukan menegaskan perlunya mengusir tentara sekutu dan Ambarawa secepat mungkin. Sebab sekutu akan menjadikan Ambarawa sebagai basis kekuatan untuk merebut Jawa Tengah. Dengan semboyan “Rawe-rawe rantas malang-malang putung, patah tumbuh hilang berganti”, pasukan TKR memiliki tekad bulat membebaskan Ambarawa atau dengan pilihan lain gugur di pangkuan ibu pertiwi.
Peristiwa
Pertempuran Ambarawa
Serangan pembebasan Ambarawa yang berlangsung selama empat hari empat malam dilancarkan dengan penuh semangat pantang mundur. Dari tanggal 12 hingga 15 Desember 1945, para pejuang tidak menghiraukan desingan-desingan peluru maut dan lawan.
Letusan tembakan sebagai isyarat dimulainya serangan umum pembebasan Ambarawa, terdengar tepat pukul 04.30 WIB pada 12 Desember 1945. Pejuang yang telah bersiap-siap di seluruh penjuru Ambarawa mulai merayap mendekati sasaran yang telah ditentukan, dengan siasat penyerangan mendadak secara serentak di segala sektor. Seketika, dan segala penjuru Ambarawa penuh suara riuh desingan peluru, dentuman meriam, dan ledakan granat. Serangan dadakan tersebut diikuti serangan balasan musuh yang kalang kabut.
Serangan pembebasan Ambarawa yang berlangsung selama empat hari empat malam dilancarkan dengan penuh semangat pantang mundur. Dari tanggal 12 hingga 15 Desember 1945, para pejuang tidak menghiraukan desingan-desingan peluru maut dan lawan.
Letusan tembakan sebagai isyarat dimulainya serangan umum pembebasan Ambarawa, terdengar tepat pukul 04.30 WIB pada 12 Desember 1945. Pejuang yang telah bersiap-siap di seluruh penjuru Ambarawa mulai merayap mendekati sasaran yang telah ditentukan, dengan siasat penyerangan mendadak secara serentak di segala sektor. Seketika, dan segala penjuru Ambarawa penuh suara riuh desingan peluru, dentuman meriam, dan ledakan granat. Serangan dadakan tersebut diikuti serangan balasan musuh yang kalang kabut.
Akhir
pertempuran
Sekitar pukul 16.00 WIB, TKR berhasil menguasai Jalan Raya Ambarawa Semarang, dan pengepungan musuh dalam kota Ambarawa berjalan dengan sempurna. Terjadilah pertempuran jarak dekat. Musuh mulai mundur pada 14 Desember 1945. Persediaan logistik maupun amunisi musuh sudah jauh berkurang.
Akhirnya, pasukan sekutu mundur dan Ambarawa sambil melancarkan aksi bumi hangus pada 15 Desember 1945, pukul 17.30 WIB. Pertempuran berakhir dengan kemenangan gemilang pada pihak TKR. Pasukan TKR berhasil merebut benteng pertahanan sekutu yang tangguh. Kemenangan pertempuran Ambarawa pada 15 Desember 1945. Keberhasilan Panglima Besar Jenderal Soedirman ini kemudian diabadikan dalam bentuk monumen Palagan Ambarawa. TNI AD memperingati tanggal tersebut setiap tahun sebagai Hari Infanteri.
Sekitar pukul 16.00 WIB, TKR berhasil menguasai Jalan Raya Ambarawa Semarang, dan pengepungan musuh dalam kota Ambarawa berjalan dengan sempurna. Terjadilah pertempuran jarak dekat. Musuh mulai mundur pada 14 Desember 1945. Persediaan logistik maupun amunisi musuh sudah jauh berkurang.
Akhirnya, pasukan sekutu mundur dan Ambarawa sambil melancarkan aksi bumi hangus pada 15 Desember 1945, pukul 17.30 WIB. Pertempuran berakhir dengan kemenangan gemilang pada pihak TKR. Pasukan TKR berhasil merebut benteng pertahanan sekutu yang tangguh. Kemenangan pertempuran Ambarawa pada 15 Desember 1945. Keberhasilan Panglima Besar Jenderal Soedirman ini kemudian diabadikan dalam bentuk monumen Palagan Ambarawa. TNI AD memperingati tanggal tersebut setiap tahun sebagai Hari Infanteri.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Sebab Pertempuran Ambarawa
Tentara sekutu mendarat di
semarang pada tanggal 20 oktober 1945 dibawah pimpinan brigjen Bethel dan
diboncengi tentara NICA dengan tujuan untuk membebaskan para tawanan. Saat
sekutu dan NICA membebaskan tawanan tentara belanda, para tawanan justru dipersenjatai.
Ketegangan dimulai ketika tawanan belanda bertindak sombong, serta mengabaikan
kedaulatan pemerintah dengan terang-terangan berusaha untuk menduduki kembali
Indonesia. Hal ini menimbulkan kemarahan rakyat Indonesia dan akhirnya pertempuranpun
pecah.
2. Tokoh yang Terkenal
- Letkol Isdiman, gugur di pertempuran
- Kolonel Sudirman, pemimpin pasukan
Indonesia menggantikan Isdiman yang gugur
- Brigadir Bethel, Pemimpin tentara
sekutu - M Sarbini, Pemimpin TKR Resimen magelang
3. Akibat Pertempuran Ambarawa
Pertempuran di ambarawa berhasil mempengaruhi dan
melemahkan kekuatan belanda sehingga belanda kesulitan melakukan pertempuran di
daerah lainnya. Pertempuran ini juga mengakibatkan Letkol Isdiman dan Prajurit
Indonesia banyak yang gugur di medan perang.
4. Strategi
Kolonel Sudirman dan pasukannya
menggunakan strategi “Supit Udang”, yaitu pengepungan rangkap dari kedua sisi
sehingga musuh terkurung atau terkepung. Dengan kedisiplinan yang tinggi dan
perencanaan yang matang, strategi tersebut berhasil dilaksanakan dengan baik
sehingga membawa kemenangan bagi para pejuan tanah air.
DAFTAR PUSTAKA
Triyanto,
Niken Yuniari, Rumiyati 2006 IPS Terpadu Wajar dari Graham Pustaka.
Sutarto,
Sunardi, Nanang Herjunanto dll, 2008 IPS untuk SMP/MTs Kelas IX Pusat Perbukuan
BSE.
www.google.co.id
(tambahin url ditempat anda mengambil makalah ini!)
Wassalamu ‘Alaikum Wr. Wb.

pertempuran ambarawa diperingati sebagai hari infantri
BalasHapusmore related paper ? visit my web
BalasHapushttps://haksablog.wordpress.com/category/artikel/makalah/