TUGAS ARTIKEL
“KABUPATEN BEKASI”



Hasil gambar untuk logo pgri
 




 







Disusun Oleh :
Kelompok : 5
-          Yuli maelani
-          Melan Maelani. F
-          Novi Oktavia
-          Zidan
-          Zihan Ananda. F
-          Deni Armansyah
-          Zeni Jaelani
-          Gilang

SMP PGRI PANGKALAN
KARAWANG
TAHUN AJARAN 2016/2017
Hasil gambar untuk logo kota bekasiHasil gambar untuk walikota bekasi 
Hasil gambar untuk gedung walikota bekasi
 

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga Kliping ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

    Dan harapan kami semoga Kliping ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi Kliping agar menjadi lebih baik lagi.

    Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam Kliping ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan Kliping ini.


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
Sejarah Kota Bekasi
Kecamatan Kota Bekasi
Perumahan Elit Kota Bekasi
PT. Kota Bekasi
Seni dan Budaya Bekasi
Peternakan Perkebunan
Makanan Khas

Sejarah

Penelusuran Poerbatjaraka (seorang ahli bahasa Sansakerta dan bahasa Jawa Kuno), kata “Bekasi” secara filologis berasal dari kata Candrabhaga; Candra berarti bulan (“sasi” dalam bahasa Jawa Kuno) dan Bhaga berarti bagian. Jadi Candrabhaga berarti bagian dari bulan [1]. Pelafalan kata Candrabhaga kadang berubah menjadi Sasibhaga atau Bhagasasi [1]. Dalam pengucapannya sering disingkat Bhagasi, dan karena pengaruh bahasa Belanda sering ditulis Bacassie (di Stasiun KA Lemahabang pernah ditemukan plang nama Bacassie).[1] Kata Bacassie kemudian berubah menjadi Bekasi sampai dengan sekarang.[1]
Candrabhaga merupakan bagian dari Kerajaan Tarumanagara, yang berdiri sejak abad ke 5 Masehi [1]. Ada 7 (tujuh) prasasti yang menyebutkan adanya kerajaan Tarumanagara yang dipimpin oleh Maharaja Purnawarman, yakni Prasasti Tugu (Cilincing, Jakarta), Prasasti Ciaruteun, Prasasti Muara Cianten, Prasasti Kebon Kopi, Prasasti Jambu, Prasasti Pasir Awi (ke enam prasasti ini ada di daerah Bogor), dan satu prasasti di daerah Bandung Selatan (Prasasti Cidangiang).[butuh rujukan]
Diduga bahwa Bekasi merupakan salah satu pusat Kerajaan Tarumanagara (Prasasti Tugu, berbunyi : ..dahulu kali yang bernama Kali Candrabhaga digali oleh Maharaja Yang Mulia Purnawarman, yang mengalir hingga ke laut, bahkan kali ini mengalir disekeliling istana kerajaan. Kemudian, semasa 22 tahun dari tahta raja yang mulia dan bijaksana beserta seluruh panji-panjinya menggali kali yang indah dan berair jernih, “Gomati” namanya[butuh rujukan]. Setelah sungai itu mengalir disekitar tanah kediaman Yang Mulia Sang Purnawarman[butuh rujukan]. Pekerjaan ini dimulai pada hari yang baik, yaitu pada tanggal 8 paro petang bulan Phalguna dan diakhiri pada tanggal 13 paro terang bulan Caitra.[butuh rujukan] Jadi, selesai hanya 21 hari saja. Panjang hasil galian kali itu mencapai 6.122 tumbak.[butuh rujukan] Untuk itu, diadakan selamatan yang dipimpin oleh para Brahmana dan Raja mendharmakan 1000 ekor sapi…).[butuh rujukan] Tulisan dalam prasasti ini menggambarkan perintah Raja Purnawarman untuk menggali kali Candrabhaga, yang bertujuan untuk mengairi sawah dan menghindar dari bencana banjir yang kerap melanda wilayah Kerajaan Tarumanagara.[butuh rujukan]
Setelah kerajaan Tarumanagara runtuh (abad 7), kerajaan yang memiliki pengaruh cukup besar terhadap Bekasi adalah Kerajaan Padjadjaran, terlihat dari situs sejarah Batu Tulis (di daerah Bogor).[1] Sutarga lebih jauh menjelaskan, bahwa Bekasi merupakan bagian dari wilayah Kerajaan Padjadjaran dan merupakan salah satu pelabuhan sungai yang ramai dikunjungi oleh para pedagang.[1] Bekasi menjadi kota yang sangat penting bagi Padjadjaran, selanjutnya menjelaskan bahwa: “..Pakuan adalah ibukota Kerajaan Padjadjaran yang baru.[butuh rujukan] Proses perpindahan ini didasarkan atas pertimbangan geopolitik dan strategi militer.[butuh rujukan] Sebab, jalur sepanjang Pakuan banyak dilalui aliran sungai besar yakni sungai Ciliwung dan Cisadane.[butuh rujukan] Oleh sebab itu, kota-kota pelabuhan yang ramai ketika itu akan mudah terkontrol dengan baik seperti Bekasi, Karawang, Kelapa, Tanggerang dan Mahaten atau Banten Sorasoan…”[butuh rujukan]
Demikianlah, waktu berlalu, kerajaan-demi kerajaan tumbuh, berkembang, mengalami masa kejayaan, runtuh, timbul kerajaan baru.[1] Kedudukan Bekasi tetap menempati posisi strategis dan tercatat dalam sejarah masing-masing kerajaan (terakhir tercatat dalam sejarah, kerajaan yang menguasai Bekasi adalah Kerajaan Sumedanglarang, yang menjadi bagian dari Kerajaan Mataram).[1] Bahkan bukti-bukti mengenai keberadaan kerajaan ini sampai sekarang masih ada, misalnya : ditemukannya makam Wangsawidjaja dan Ratu Mayangsari (batu nisan), makam Wijayakusumah serta sumur mandinya yang terdapat di kampung Ciketing, Desa Mustika Jaya, Bantargebang.[butuh rujukan] Dimana baik batu nisan maupun kondisi sumur serta bebatuan sekitarnya, menunjukkan bahwa usianya parallel dengan masa Kerajaan Sumedanglarang.[butuh rujukan] Demikian pula penemuan rantai di Kobak Rante, Desa Sukamakmur, Kecamatan Sukakarya (konon katanya, daerah Kobak Rante adalah daerah pinggir sungai yang cukup besar, hingga mampu dilayari kapal. Jalur ini sering digunakan patroli kapal dari Sumedanglarang.[butuh rujukan]

Masa Hindia Belanda

Pada masa ini masuk ke dalam Regentschap Meester Cornelis, yang terbagi atas empat district, yaitu Meester Cornelis, Kebayoran, Bekasi dan Cikarang. District Bekasi, pada masa penjajahan Belanda dikenal sebagai wilayah pertanian yang subur, yang terdiri atas tanah-tanah partikelir, system kepemilikan tanahnya dikuasai oleh tuan-tuan tanah (kaum partikelir), yang terdiri dari pengusaha Eropa dan para saudagar Cina. Diatas tanah partikelir ini ditempatkan Kepala Desa atau Demang, yang diangkat oleh Residen dan digaji oleh tuan tanah. Demang ini dibantu oleh seorang Juru Tulis, para Kepala Kampung, seorang amil, seorang pencalang (pegawai politik desa), seorang kebayan (pesuruh desa), dan seorang ulu-ulu (pengatur pengairan).
Untuk mengawasi tanah, para tuan tanah mengangkat pegawai atau pembantu dekatnya, disebut potia atau lands opziener. Potia biasanya keturunan Cina, yang diangkat oleh tuan tanah. Tugas potia adalah mengawasi para pekerja, serta mewakili tuan tanah apabila tidak ada ditempat. Disamping itu ada juga Mandor yang menguasai suatu wilayah, disebut wilayah kemandoran. Dalam praktik sehari-hari, mandor sangatlah berkuasa, seringkali tindakannya terhadap para penggarap melampaui batas-batas kemanusiaan. Para penggarap adalah pemilik tanah sebelumnya, yang tanahnya dijual pada tuan tanah. Orang yang diangkat mandor biasanya dari para jagoan atau jawara yang ditakuti oleh para penduduk.
Distrik Bekasi terkenal subur yang produktif, hasilnya lebih baik jika dibandingkan dengan distrik-distrik lain di Batavia, distrik Bekasi rata-rata mencapai 30-40 pikul padi setiap bau, sedangkan distrik lain hanya mampu menghasilkan padi 15-30 pikul setiap bau’nya. Namun yang menikmati hasil kesuburan tanah Bekasi adalah Sang tuan tanah, bukanlah rakyat Bekasi. Rakyat Bekasi tetap kekurangan, dalam kondisi yang serba sulit, seringkali muncul tokoh pembela rakyat kecil, semisal Entong Tolo, seorang kepala perambok yang selalu menggasak harta orang-orang kaya, kemudian hasilnya dibagikan kepada rakyat kecil, karenanya rakyat sangat menghormati dan melindungi keluarga Entong Tolo, Sang Maling Budiman, Robin Hood’nya rakyat Bekasi. Di hampir semua wilayah Bekasi memiliki cerita sejenis, dengan versi dan nama tokoh yang berbeda. Hal ini juga, yang mempengaruhi sikap dan cara pandang masyarakat Bekasi, terhadap sesuatu yang berhubungan dengan ke’jawara’an.
Setelah Entong Tolo ditangkap dan dibuang ke Manado, tahun 1913 di Bekasi muncul organisasi Sarekat Islam (SI) yang banyak diminati masyarakat yang sebagian besar petani. Berbeda dengan di daerah lain, kepengurusan SI Bekasi didominasi oleh kalangan pedagang, petani, guru ngaji, bekas tuan tanah dan pejabat yang dipecat oleh Pemerintah Hindia Belanda, serta para jagoan yang dikenal sebagai rampok budiman. Karena jumlah yang cukup banyak, SI Bekasi kemudian menjadi kekuatan yang dominan ketika berhadapan dengan para tuan tanah. Antara 1913-1922, SI Bekasi menjadi penggerak berbagai protes sebagai upaya penentangan terhadap berbagai penindasan terhadap petani, misalnya pemogokkan kerja paksa (rodi), protes petani di Setu (1913) sampai pemogokkan pembayaran “cuka” (1918).

Masa pendudukan Jepang

Kedatangan Jepang di Indonesia bagi sebagian besar kalangan rakyat, memperkuat anggap eksatologis ramalan Jayabaya (buku “Jangka Jayabaya”, mengungkapkan :”…suatu ketika akan datang bangsa kulit kuning dari utara yang akan mengusir bangsa kulit putih. Namun, ia hanya akan memerintah sebentar yakni selama ‘seumur jagung’, sebagai Ratu Adil yang kelak akan melepaskan Indonesia dari belenggu penjajahan…”
Pada awalnya, penaklukan Jepang terhadap Belanda disambut dengan suka cita, yang dianggap sebagai pembebas dari penderitaan. Rakyat Bekasi menyambut dengan kegembiraan, dan semakin meluap ketika Jepang mengijinkan pengibaran Sang Merah Putih dan dinyanyikannya lagu Indonesia Raya. Namun kegembiraan rakyat Bekasi hanya sekejap, selang seminggu pemerintah Jepang mengeluarkan larangan pengibaran Sang Merah Putih dan lagu Indonesia Raya. Sebagai gantinya Jepang memerintahkan seluruh rakyat Bekasi mengibarkan bendera “Matahari Terbit” dan lagu “Kimigayo”. Melalui pemaksaan ini, Jepang memulai babak baru penindasan, yang semula dibanggakan sebagai “saudara tua”.
Kekejaman tentara Jepang semakin kentara, ketika mengintruksikan agar seluruh rakyat Bekasi berkumpul di depan kantor tangsi polisi, untuk menyaksikan hukuman pancung terhadap penduduk Telukbuyung bernama Mahbub, yang ditangkap karena diduga sebagai mata-mata Belanda dan menjual surat tugas perawatan kuda-kuda militer Jepang. Hukum pancung ini sebagai shock theraphy agar menimbulkan efek jera dan ketakutan bagi rakyat Bekasi. Bala tentara Jepang juga memberlakukan ekonomi perang, padi dan ternak yang ada di Bekasi Gun dicatat, dihimpun dan wajib diserahkan kepada penguasa militer Jepang. Bukan saja untuk keperluan sehari-hari tetapi juga untuk keperluan jangka panjang, dalam rangka menunjang Perang Asia Timur Raya.
Akibatnya, rakyat Bekasi mengalami kekurangan pangan, keadaan ini makin diperparah dengan adanya “Romusha” (kerja rodi). Pemerintah militer Jepang juga melakukan penetrasi kebudayaan dengan memaksa para pemuda Bekasi untuk belajar semangat bushido (spirit of samurai), pendewaan Tenno Haika (kaisar Jepang). Para pemuda dididik melalui kursus atau dengan melalui pembentukan Seinendan, Keibodan, Heiho dan tentara Pembela Tanah Air (PETA), yang kemudian langsung ditempatkan kedalam organisasi militer Jepang.
Selain organisasi bentukan Jepang, pemuda Bekasi mengorganisasikan diri dalam organisasi non formal yaitu Gerakan Pemuda Islam Bekasi (GPIB), yang didirikan pada tahun 1943 atas inisiatif para pemuda Islam Bekasi yang setiap malam Jum’at mengadakan pengajian di Mesjid Al –Muwahiddin, Bekasi, para anggotanya terdiri atas pemuda santri, pemuda pendidikan umum dan pemuda “pasar” yang buta huruf. Awalnya GPIB dipimpin oleh Nurdin, setelah ia meninggal 1944, digantikan oleh Marzuki Urmaini. Hingga awal kemerdekaan BPIB memiliki anggota yang banyak, markasnya di rumah Hasan Sjahroni, di daerah pasar Bekasi, banyak anggotanya kemudian bergabung ke-BKR dan badan perjuangan yang dipimpin oleh KH Noer Alie. GPIB banyak memiliki Cabang antara lain, GPIB Pusat Daerah Bekasi (Marzuki Urmaini dan Muhayar), GPIB Daerah Ujung Malang (KH Noer Alie), GPIB Daerah Tambun (Angkut Abu Gozali, GPIB Kranji (M. Husein Kamaly) dan GPIB Cakung (Gusir) berdirinya kabupaten Bekasi. Berdasarkan aturan hukum pada saat itu dan melihat kegigihan rakyat memperjuangkan aspirasinya untuk membentuk suatu pemerintahan tersendiri, setingkat Kabupaten, mulailah para tokoh dan rakyat Bekasi berjuang agar pembentukan tersebut dapat terealisasikan. Awal tahun 1950, para pemimpin rakyat diantaranya R. Soepardi, KH Noer Alie, Namin, Aminudin dan Marzuki Urmaini membentuk “Panitia Amanat Rakyat Bekasi”, dan mengadakan rapat raksasa di Alun-alun Bekasi (17 Januari 1950), yang dihadiri oleh ribuan rakyat yang datang dari pelbagai pelosok Bekasi, dihasilkan beberapa tuntutan yang terhimpun dalam “Resolusi 17 Januari”, yang antara lain menuntut agar nama Kabupaten Jatinegara diubah menjadi Kabupaten Bekasi, tuntutan itu ditandatangani oleh Wedana Bekasi (A. Sirad) dan Asisten Wedana Bekasi (R. Harun).
Usulan tersebut akhirnya mendapat tanggapan dari Mohammad Hatta, dan menyetujui penggantian nama “Kabupaten Jatinegara” menjadi “Kabupaten Bekasi”, persetujuan ini semakin kuat dengan dikeluarkannya Undang-undang No. 14 Tahun 1950 yang ditetapkan tanggal 8 Agustus 1950 tentang Pembentukan Kabupaten-kabupaten di lingkungan Provinsi Jawa Barat, serta memperhatikan Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1950 tentang berlakunya undang-undang tersebut, maka Kabupaten Bekasi secara resmi terbentuk pada tanggal 15 Agustus 1950, dan berhak mengatur rumah tangganya sendiri, sebagaimana diatur oleh Undang-undang Pemerintah Daerah pada saat itu, yaitu UU No.22 Tahun 1948. Selanjutnya, ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Bekasi, bahwa tanggal 15 Agustus 1950 sebagai hari jadi kabupaten.
Status ini dikukuhkan dengan UU Nomor 14 Tahun 1950 mengenai pembentukan Kabupaten Bekasi, dengan wilayah yang terdiri dari empat kewedanaan, 13 kecamatan dan 95 desa. Pada tahun 1960 kantor Kabupaten Bekasi berpindah dari Jatinegara ke kota Bekasi (Jl. Ir. H Juanda), yang kemudian pada tahun 1982 gedung perkantoran Pemda Kabupaten Bekasi kembali dipindahkan ke Jl. Ahmad Yani, Bekasi. Mulai tahun 2004, Pemerintahan Kabupaten Bekasi dipindahkan ke Cikarang Pusat, Kota Deltamas dengan tujuan untuk memeratakan pembangunan di daerah timur Bekasi.
Kecamatan

Halaman dalam kategori "Kecamatan di Kabupaten Bekasi"

Kategori ini memiliki 20 halaman, dari total 20.

Perumahan Elit Bekasi
Hasil gambar untuk Perumahan Elit Bekasi
Hasil gambar untuk Perumahan Elit Bekasi


PT Terkenal di Bekasi
Hasil gambar untuk PT yang terkenal di bekasi
Hasil gambar untuk PT yang terkenal di bekasi
Kebudayaan Bekasi
45 kesenian bekasiMeski dikenal sebagai kawasan industri, bukan berarti segala hal di Bekasi berbau modernisasi. Salah satu wilayah di Jawa Barat tersebut tetap memiliki kebudayaan lokal yang masih dapat dinikmati hingga saat ini. Apa saja? Berikut tujuh kesenian tradisional yang dapat dijumpai di Bekasi.
8 wayangkulitbekasiYang pertama adalah Wayang Kulit Bekasi. Pertunjukan bayangan ini memiliki latar belakang yang hampir sama dengan wayang kulit Jawa. Tetapi bila dilihat dari segi permainan, kesenian ini lebih cenderung mengadopsi budaya Sunda. Keunikan wayang kulit asal Kabupaten Bekasi tersebut adalah adanya tokoh   yang mirip dengan wayang golek seperti Cepot dan Udel. Begawan Durna juga digambarkan dengan cara berbeda yaitu dengan wajah seperti orang Arab dan memakai topi haji.
Bekasi juga memiliki Tari Topeng Bekasi. Kesenian ini tidak hanya menampilkan seni tari semata. Di dalamnya juga dipentaskan seni musik, seni vokal, seni peran, serta seni sastra. Biasanya, teater rakyat yang juga dikenal dengan istilah Topeng Bekasi tersebut juga menyuguhkan lawakan yang bersumber dari kehidupan masyarakat sehari-hari.
42 topengbekasiSebagai daerah yang berbatasan langsung dengan ibukota negara, kebudayaan Bekasi juga mendapat pengaruh dari kultur Betawi. Maka tidak mengherankan jika di salah satu wilayah Jawa Barat tersebut dapat dijumpai kesenian Tanjidor Bekasi. Tanjidor di Kabupaten Bekasi mengandung unsur Parahiyangan atau Sunda karawitan. Sedangkan tanjidor yang berkembang di Kota Bekasi lebih kental dengan nuansa Betawi.
Bekasi juga memiliki kesenian unik hasil perpaduan tanjidor dengan gamelan salendro yaitu Kliningan Tanji. Dalam pertunjukan ini, penonton akan dihibur oleh lantunan suara juru kawih alias sinden. Selain itu, ada juga penampilan tarian khas yang dinamakan japin atau japlin.
39 tanjidorKesenian tradisional khas Bekasi yang selanjutnya adalah Calung Dalengket. Kesenian ini dimainkan secara berkelompok. Setiap kelompok terdiri atas 9 orang. Setiap anggota memainkan alat musik yang berbeda. Kesenian yang biasa dipentaskan usai musim panen tersebut mengkombinasikan suling toleat, saron, kedemung, nenge, rebab, serta gong. Masyarakat Bekasi kerap melombakan kesenian tersebut. Uniknya, pemenang lomba Calung Dalengket tidak ditentukan berdasarkan penilainan juri melainkan oleh apresiasi penonton.
Selain diwarnai oleh kultur Betawi, Jawa, serta Sunda, kesenian Bekasi juga mendapat pengaruh dari budaya Arab. Perpaduan kebudayaan tersebut tampak dalam pertunjukan yang disebut samrah. Pada pagelaran samrah penonton disuguhi musik serta tari yang khas dengan nuansa Timur Tengah. Kesenian samrah juga mempertontonkan lakon atau teater yang diiringi pantun.
43 musik samrahAnda juga dapat mempelajari bela diri khas bekasi yang dinamakan godot. Seni olah tubuh yang juga berkembang di Karawang tersebut memiliki empat gerakan dasar dan dua gerakan tambahan. Dengan mempelajari godot, Anda dapat mengusai teknik pertahanan diri seperti memukul, menendang, menangkis, dan menghindar.

Peternakan Taurus

Peternakan Taurus didirikan pada tanggal 7 Agustus 2009 oleh Andi Krisnaputra & Fani Damargita, kami berdua adalah lulusan Teknik Kimia FTUI [TGP] yg punya mimpi berbeda dengan rekan satu jurusan lainnya. Nama Taurus diambil dari istilah dalam bahasa Jawa yaitu “Tak Urus” yang bermakna bahwa semua hewan ternak di kandang akan kami urus sebaik-baiknya.  Bertempat di lahan seluas 2200m2 di kelurahan Pedurenan, kecamatan Mustika Jaya, kotamadya Bekasi atau 3 km di belakang pasar Bantar Gebang, kami memiliki lokasi yang sangat strategis karena dekat dengan ibukota Jakarta. Disini kami memiliki kandang yang dapat menampung 50 ekor sapi potong dan kandang kecil untuk beberapa ekor kambing perah.
Kami telah memulai memelihara sapi perah sejak tahun 2011 dan sedang berusaha untuk merintis usaha pembibitan sapi potong dan perah.
Peternakan Taurus akan terus didorong untuk melakukan perbaikan berkesinambungan sehingga pada akhirnya kami akan dapat menyediakan produk-produk terbaik berupa bakalan sapi, sapi potong, daging, susu dan kompos, serta dapat memberikan peran aktif di bidang pendidikan, pariwisata dan lingkungan hidup.
https://peternakantaurus.files.wordpress.com/2010/06/liat-sapi_kecil.jpg?w=640
Pada 1 Januari 2016, lokasi peternakan kami dipindahkan ke daerah Cibitung dikarenakan lokasi di Pedurenan sudah terlalu padat. Saat ini kami beroperasi di lokasi baru yang berkapasitas 30 ekor sapi di belakang perumahan Grand Wisata Bekasi.
Alamat Peternakan Taurus adalah:
Jl. Salam no80 Rawa Recok Kp. Cibuntu, kelurahan Cibuntu, kecamatan Cibitung, Bekasi.
Telp. 089694385765/087883325070 (Fani)
Pin BB : 518B4939
email : peternakantaurus@gmail.com
twitter : @SapiBekasi
Jpeg
Gerbang Peternakan Taurus

Jpeg
Kandang baru kapasitas 30 ekor
PERKEBUNAN
Hasil gambar untuk Perkebunan Bekasi
MAKANAN KHAS
1. Sayur Gabus Pucung. Waini, nih! Sayur ini merupakan kuliner utama yang cuma enak kalau dinikmati di Bekasi dan sekitarnya. Cuma orang Bekasi yang bisa bikin sayur ini jadi nikmat tiada tara. Isinya ikan gabus yang dimasak sama kuah kluwek yang super sedap. Beugh, agak susah menceritakan rasanya. Mending kamu coba sendiri dan dijamin ketagihan akut!
http://cdn0-a.production.liputan6.static6.com/medias/1081716/big/039687000_1449825916-bekesi1.JPG

2. Sayur Asem Bekasi. Pasti dalam hati kamu, 'yailah berlebihan banget, sih. Sayur asem dimana-mana mah sama'. Eits, hentikan pemikiran ini. Sesungguhnya menduga sebelum mencoba adalah prasangka buruk yang bisa bikin dosa kamu nambah, wkwkwk. Sayur asem Bekasi ini punya kuah yang kuningnya medok dan pakai asemnya bisa sekilo cuma buat masak sepanci! Asem banget tapi seger abis, lho.
http://cdn0-a.production.liputan6.static6.com/medias/1081717/big/040500700_1449825916-bekesi2.jpg

3. Kue Akar Kelapa. Banyaknya orang Betawi yang eksodus ke Bekasi membuat kota ini juga khas dengan kue kelapa yang dimiliki warga Betawi. Sering juga dibilang kue procot Bentuknya mirip akar kelapa, ya. Ini makanan biasanya ada pas Lebaran. Kue akar kelapa dibuat dari tepung ketan, gula pasir, margarin, telur, dan air. Bisa juga ditambah wijen biar rasanya lebih enak.
http://cdn0-a.production.liputan6.static6.com/medias/1081718/big/040686600_1449825916-bekesi3.jpg

4. Dodol Bekasi. Apa yang bikin dodol Bekasi beda dengan dodol lainnya? Tak lain dan tak bukan, rasa santannya yang lebih kental. Yup, kalau dodol di tempat lain pemakaian santan cuma 'syarat' doang, kalau dodol bekasi bisa jadi sekilo! Membuatnya kudu di tunggu tradisional berbahan bakar kayu. Entah kenapa, katanya kalau masak di kompor rasanya 'kagak' enak. Beugh, jadi penasaran pengen nyobain, kan?
http://cdn0-a.production.liputan6.static6.com/medias/1081719/big/041981400_1449825916-bekesi4.jpg

5. Kue Dongkal. Kamu yang lagi kelaparan berat dijamin bakal makin membabi buta begitu ngeliat kue ini. Padahal bahannya sederhana, lho. Cuma tepung beras yang digiling kasar, kelapa parut, gula merah, gula pasir, dan daun pandan. Cara membuatnya juga gampang banget, bahkan orang Bekasi membuatnya sambil merem. Nih ya, campurkan tepung beras, kelapa parut, dan gula pasir. Masukkan ke dalam cetakan. Tambahkan gula merah yang sudah dicincang kasar. Beri daun pandan di atasnya. Kukus 20 menit, dan waini! Buruan santap!
http://cdn0-a.production.liputan6.static6.com/medias/1081720/big/042240500_1449825916-bekesi5.jpg

6. Kue Jalabia alias Kue Cincin. Dari namanya sudah ketebak ya, ini kue pasti bentuknya mirip cincin. Tebakan kamu gak meleset sama sekali. Kalau orang kota bilang, ini donat-nya orang kampung. Beugh, biar dibilang donat kampung tapi rasanya internasional! Biasanya kue ini tersaji saat hajatan atau ada acara penting. Ingin ngerasain Jalabia? Makanya, datang dong ke Bekasi.
http://cdn1-a.production.liputan6.static6.com/medias/1081721/big-portrait/042329200_1449825916-bekesi6.jpg

7. Kue Rangi. Mungkin gak ada yang tahu kalau Kue Rangi ini ternyata asli Bekasi. Proses pembuatannya cepat dan rasanya pun enak pake banget! Kue rangi terdiri dari tepung sagu yang dicampur kelapa parut kasar, dan garam. Setelah diaduk jadi satu, dipanggang dalam keadaan kering. Tambahkan siraman gula merah yang diencerkan dengan sagu sehingga menghasilkan saus gula kental. Luar angkasa enaknya! Rekomendasi abis!
http://cdn0-a.production.liputan6.static6.com/medias/1081722/big/042432600_1449825916-bekesi7.jpg



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Pertempuran Ambarawa

MAKALAH KASUS FREDDY BUDIMAN